Kamis, 29 Maret 2012

Diabetes Mellitus



Tidak Khawatir Lagi Dengan Kencing Manis
Lebih dari 15 tahun mengidap kencing manis

H.Ir.Zainir Zakaria
 
Sejak 1 April 1988 penyakit kencing manis(diabetes) yang saya derita semakin menjadi. Faktor pertama, karena ibu kandung saya, Hj.Rohani Umar(83) memang pengidap kencing manis. Kedua, sejak saya berdinas di Departemen Pertanian di Jakarta, frekuensi tugas ke luar kota semakin meningkat. Makanan cepat saji menjadi konsumsi sehari-hari. Faktor terakhir semakin memperparah penyakit kencing manis yang saya derita. Dulu, saya tidak terlalu khawatir dengan akibat diabetes. Saya menganggapnya lumrah saja, tidak berbahaya seperti penyakit jantung, atau stroke. Namun, pada tahun 1994, diabetes yang saya derita mulai mengganggu kondisi tubuh. Badan mulai terasa lemes, lesu, nafsu makan besar, suka haus, sering buang air kecil diwaktu malam, terakhir sering berganti lensa kacamata, karena penglihatan saya mulai kabur. Setelah saya periksa, ternyata kadar gula sudah mencapai 385. Langsung, saya diterapi dengan mengkonsumsi obat Glibenciamide 1 dosis per hari, diet tidak lebih dari 2100 kalori per hari, dab berolahraga 3 kali seminggu. Namun, terapi di atas hanya bertahan sampai tahun 2002. Usia saya sudah 57 th, penyakit diabetes tersebut semakin mengancam. Kadar gula mencapai 345, ditambah lagi dengan munculnya gejala asam urat dan kolesterol. Diet pun diturunkan, terakhir diet tidak boleh lebih dari 1700 kalori per hari. Penyakit baru muncul, maag saya mulai terganggu. Jika saja saya makan makanan yang mengandung asam cuka seperti pempek, begitu sakitnya, sehingga hampir membuat saya tidak sadar. Jika terlambat makan, saya pusing dan membuat hampir tak sadar diri. Kondisi ini membuat saya tersiksa. Banyak makan gula darah saya naik, kurang makan maag saya perih. 18 Januari 2003 menjadi awal kehancuran saya. Kadar gula tidak bisa dikendalikan lagi, penglihatan saya tidak lebih dari dua meter. Urat sekitar paha dan kemaluan menegang membuat saya mengerang kesakitan. Buang air sudah tidak teratur, badan semakin lemes. Terakhir saya tidak bisa lepas dari suntikan Neurobion 5000 sekali tiga hari. Saya mulai putus asa dengan terapi dari dokter. Lalu, 28 Nopember 2003 saya pulang kampung. Saya mulai mencoba pengobatan tradisional di Kerinci. Saya diminta minum seduhan daun empedu tanah, tapakdara dan sebagainya selama satu bulan. Sampai di Jakarta, 16 Januari 2004 saya diperiksa, ternyata kadar gula darah tetap tinggi, mencapai 315 dan ginjal mulai terganggu. Lalu, saya kenal produk Tianshi dari sepasang suami istri, John Achmad Husen dan Isni. Mereka menganjurkan mengkonsumsi Calcium II khusus diabetes dalam dosis tinggi untuk menyembuhkan penyakit yang telah puluhan tahun saya derita. Kemudian, dr Yanti menambahkan agar Calcium II dikonsumsi setengah bungkus sehari ditambah dengan Chitosan dua kapsul sehari. Setelah sebelas hari saya mengkonsumsi Calcium II dan Chitosan sesuai anjuran, kadar gula darah saya saat puasa 113. Seminggu kemudian saya periksa darah lagi, kadar gula saat puasa 112, dan post prandial 133. Karena penasaran, seminggu kemudian saya periksa darah sekali lagi, ternyata kadar gula darah saat puasa hanya109. Hasil yang lain, kolesterol total 163 mg/dl, asam urat 3 mg/dl. Kini, kondisi tubuh saya semakin membaik. Penyakit maag juga sembuh, sehingga tidak perlu lagi Antacidun. Daya tahan tubuh semakin meningkat, sehingga tidak pernah lagi mengkonsumsi pharasetamol dan suntikan Neurobion 5000. Walaupun mata saya belum sepenuhnya pulih, setidaknya penglihatan tidak lagi bertambah rabun.

Diabetes Mellitus
Nama : Pande Nyoman Dwija

Dulu tahun 1962 mulai bekerja di pabrik gula, PTP 24, 25 PG Semboro, tanggul, Jember- Sampai pensiun 1 Oktober 1994. Karena kerja dipabrik gula menuntut waktu kerja yang padat maka pak Pande mendapat giliran kerja dibagi 3 shift, karena menuntut stamina yang tinggi maka pak Pande banyak makan dan sering minum gula chin (tebu cair dan dikeraskan dengan proses kimia). Merasakan gejala diabetes pada awal oktober 1988, yaitu sering lelah, ngantuk, kencing terus pada malam hari, nafsu makan besar, berat badan menurun.

Dan di tahun yang sama pak Pande periksa ke dokter dan dokter bilang terkena penyakit diabetes II, dan pernah sampai 400 MG%, dan untuk mengatasi tingginya glukosa, pak Pande minum obat dokter dan obat tradisional seperti daun pace, biji lamtoro, dan diet yang tinggi dan teratur, dan selalu diatas 200 MG % (puasa) makan (300 MG %). Pada akhir tahun 2001, tepatnya bulan Desember, anak pak Pande ikut Tianshi, dan memberikan Call II kepada pak Pande dan dalam waktu 18 hari dengan cara konsumsi 1 bungkus dibagi 2, dan pak Pande check ke dokter, dan hasil lab terakhir menunjukkan kadar glukosa menurun dan stabil 110 (puasa), 120 (makan).
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nama : F. Rahman
Ayah saya menderita penyakit diabetes sejak masih muda (300 mg/dl keatas), suatu ketika ia mengalami pembengkakan dipangkal kemaluan hingga pecah, sampai-sampai air seni keluar melalui lubang pada luka tersebut. Dokter sempat menganjurkan pemasangan selang mengingat luka penderita diabetes akan lama sembuhnya. Akhirnya kami menganjurkan pemakaian intensif Calcium 2 dan Chitosan, alhamdulillah dalam waktu 2 minggu lukanya rapat kembali dan ayah saya bisa buang air kecil secara normal dan kadar gula darahnya pun turun menjadi normal.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nama : Hefmi Syam
Ketika berkunjung ke Pontianak, saya bertemu dengan kenalan lama yang ternyata kini menderita diabetes, saya menganjurkannya minum Calcium 2.

Ketika saya kembali ke Jakarta saya mendapat sms darinya yang menyatakan bahwa gula darahnya turun hingga dibawah 300, padahal sudah 30 tahun gula darahnya tidak pernah dibawah 300.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar